Gunung Gede Panrango, Pendakian yang penuh Drama; part; 2


Menaruh kenangan di Surya Kencana


↠(Foto diambil saat berada di pos 2)↞

Dengan semangat yang masih tersisa, dari pos 4 kami melanjutkan perjalanan menuju Alun-Alun Surya Kencana. Disana kami bisa mendirikan tenda lalu ber-istirahat sejenak sembari menenangkan pikiran dalam benak. Jalur yang kami daki masih sama seperti jalur yang tadi, tanjakan curam yang menciutkan nyali, ditambah dengan kabut tak mau pergi. Lagi-lagi Denan mengeluh kelelahan, sembari memeluk badan sendiri karena kedinginan. Sempat kami berfikir "Apa pendakian ini dihentikan saja, lalu kembali karena kami tak kuat lagi", dilain sisi kami membantah. Toh, lagipula Surya Kencana juga sudah didepan mata.

10 menit berlangsung, kami berjalan dengan pendaki lain yang lalu lalang. Kadang, sapaan dan candaan mereka bisa menjadi sumbangan untuk mengembalikan semangat, meskipun disaat yang sama, lelah sudah mulai menjerat.
Jalur yang tadinya curam kini berubah menjadi jalur yang landai, bebatuan kasar yang menghiasi, pohon pohon rindang dan akarnya yang menjuntai, ah sungguh menyejukan hati kalau diingat kembali.
52 menit kami lewati, lalu sampailah kami di Surya Kencana....

Perasaan lega bercampur syukur menghiasi senyum kami.. Denan yang sedari tadi cemberut, kini kembali tertawa lalu berlarian sana sini dengan kami ber-empat yang membuntut. Eits, tapi perjalanan kami belum berhenti, sekitar 1 KM lagi, agar bisa mendirikan tenda didekat mata air.
Kami bercengkrama sebentar sembari melihat-lihat bunga Edelweis yang sedang mekar-mekarnya, lalu melanjutkan perjalanan menuju mata air.

Jalur menuju mata air tidaklah sesulit saat mendaki tadi, jalur yang sangat landai, dihiasi dengan pasir pasir yang membentang sepanjang jalur, membuat kami merasa bersyukur dibanding jalur pendakian tadi yang memaksa mental untuk terkubur.
Sayangnya, saat kami mendaki.. Musim sedang kemarau, yang mengakibatkan mata air menjadi kering dan menyisakan sedikit air yang menggenang. Semua itu bukanlah masalah, karena kami masih memiliki persediaan air yang cukup dan aliran mata air berkompromi... Setelah mendirikan tenda dan memasak lalu memenuhi perut yang terus mengepak, kami memutuskan untuk tidur sejenak.

Sore hari tiba, langit ditutupi semua oleh kabut, angin dingin juga sudah mulai menyahut. Sambil menunggu malam, kami memasak dan makan bersama, saat melihat keatas.. Kabut sudah mulai pudar, bintang dan bulan saling berbaur, menyempurnakan pemandangan yang kami rasakan pada malam itu.

↠(Foto diambil melalui kamera Kakak)↞


Yang saya pikirkan saat itu adalah "Ah, andai saya bisa berlama lama disini, menikmati keindahan alam yang mengitari. Berdiskusi tentang hal hal yang menarik, obrolan yang asik, mental yang terus menerus mengusik. Tidak ada duanya selain di gunung".... Mengambil beberapa gambar, sebelum akhirnya tertidur dalam temaram yang mulai mereda.......


*Akan dilanjutkan di cerita "Menaklukan Puncak"

Comments

  1. Comment tulisan sendiri lebih asik daripada comment perihal orang lain untuk mengusik

    ReplyDelete

Post a Comment