Gunung Gede Panrango, Pendakian yang penuh Drama ;part; 1
5 Saudara dengan pendakian penuh Drama
15 menit berlalu. dan keadaan masih normal. Entah itu keadaan raga, ataupun semangat yang masih membara. Mata dimanjakan oleh bentangnya sawah yang diselimuti kabut samar-samar. Sampailah kami di Pos 1, tempat untuk para pendaki ber-istirahat. Kami menolak untuk berlama-lama ber-istirahat, sekedar sarapan lalu melanjutkan pendakian. Karena menurut "kakak", berlama-lama istirahat saat mendaki, akan membuat otot-otot mulai kaku kembali.
Tanjakan dari pos 1 menuju pos 2 masih berkompromi, jalur yang masih landai, pepohonan tinggi yang menutupi sebagian langit, membuat kami masih memiliki semangat yang belum berhenti. Tibalah di tanjakan menuju pos 3, yang mulai diiringi dengan Drama. Anak bungsu yang kami berempat panggil dengan sebutan "Denan", mulai menunjukan ciri kelelahan, tapi dia masih bisa untuk melanjutkan.
Tanjakan itu, sudah kami garap dengan semangat yang masih tersisa. Di pos 3, istirahat sejenak, memakan cemilan, lalu melanjutkan pendakian. Perjalanan yang paling sulit saat mendaki Gunung Gede Panrango, adalah dari pos 3 menuju pos 4, selain jaraknya yang cukup jauh dari pada pos-pos lainnya, tanjakan pos 3 menuju pos 4 terkenal dengan curamnya, trek-nya yang licin lalu dihiasi akar-akar menjuntai dari pohon-pohon besar. Membuat mental kami seketika down. Benar saja, "Denan" mulai merengek kelelahan. Tangisan dan rintihan mulai meramaikan jalur pendakian. Beberapa pendaki yang menyaksikan, mencoba untuk menyemangati.
Tapi, ucapan "Semangat" saja tidak cukup untuk mengembalikan semangat yang mulai redup dari tubuh kecilnya. Saya beserta adik laki-laki(anak ke-4), memutuskan untuk jalan duluan, dan meninggalkan Denan,Kakak, dan juga Teteh saya. Sebenarnya, itu sebuah kesalahan; Dalam mendaki, kita tak boleh meninggalkan siapapun. Entah itu saudara atau kawan satu kelompok, karena kalau terjadi apa-apa,(ini mah Na'udzubillah ya), ada yang bertanggung jawab nantinya.
Nah, saya beserta adik laki-laki tiba lebih dulu di pos 4 untuk ber-istirahat sembari menunggu Denan,Kakak, dan Teteh saya yang tertinggal cukup jauh. Kabut mulai menyerbu dan rintik hujan sudah mulai berjatuhan(walaupun saya tidak tau, itu rintik hujan atau embun yang jatuh dari dedaunan). Mereka bertiga sampai dengan wajah lelah dan tubuh melemah, bukan cuma mereka bertiga, bahkan saya pun demikian. Berhenti sejenak, sambil mengembalikan canda tawa, lalu melanjutkan perjalanan.....
Note: cerita akan saya buat beberapa part.... Stay tuned aja oke

Mantap bang lanjutkan terus bang semangat
ReplyDeleteCakrawala luas membentang,jejakilah selama ada "masa"...👍👍
ReplyDeleteKaciiiiw
ReplyDelete